INILAH PENGGANTI AHMADINEJAD

104362INILAH.COM, Kairo – Dulu, dia dicari-cari interpol karena dituduh bertanggung jawab atas pengeboman di Buenos Aires. Kini, dia menyatakan siap bekerja sama dengan Amerika Serikat menyangkut keamanan regional. Mohsen Rezaei bakal menggantikan Mahmoud Ahmadinejad?

Mohsen Rezaei memang termasuk salah satu dari empat kandidat presiden Iran. Nasibnya akan ditentukan pada pemilihan presiden pada 12 Juni mendatang. Meskipun mendapatkan dukungan dari wilayah kaya minyak, Khuzestan dan di antara veteran perang Iran-Irak, lelaki berusia 57 tahun ini harus berjuang ekstra keras untuk terpilih.

Sebagai kandidat yang konservatif, Rezaei termasuk kelompok kritisi garis keras terhadap kebijakan Ahmadinejad, utamanya menyangkut persoalan ekonomi. Dia pun mempertanyakan ungkapan Ahmadinejad soal Holocaust yang dianggapnya tak memberi keuntungan apa-apa buat Iran.

Bisa jadi, itu satu kerugian –atau malah keuntungan—bagi Rezai. Yang jelas, salah satu yang bisa mengganjal pemimpin Garda Revolusi Iran saat terlibat perang dengan Irak pada dekade 1980-an itu, kini termasuk satu dari lima nama petinggi Iran yang diincar Interpol sejak 2007. Dia dianggap terlibat pengemboman kaum Yahudi di Buenos Aires yang menewaskan 85 orang. Iran sendiri menolak dikait-kaitkan dengan peristiwa itu.

Karena itu, bisa dibayangkan bagaimana posisi Iran jika saja Rezai terpilih sebagai presiden pada pemilihan, 12 Juni itu. Jika dia terpilih, Iran bakal memiliki pemimpin yang dicari-cari negara lain. Iran akan punya presiden yang tak bisa bebas bepergian kemana-mana karena keputusan Interpol memasukkan namanya dalam daftar most wanted.

Toh, Rezaei masih memposisikan dirinya sebagai kandidat dengan target mengubah kebijakan luar negeri Ahmadinejad. Dia, misalnya, menyambut baik upaya pemerintahan Barack Obama untuk memulihkan hubungan dengan Iran. Dia menyebutkan Iran harus menyambut dan menguji apakah Washington serius.

“Kami harus siap melakukan interaksi dengan negara luar menyangkut keamanan, perdamaian, dan ketenangan di wilayah ini,” tuturnya.

Itulah sebabnya, Rezai menyatakan Iran harusnya tak menunggu AS mengambil langkah pertama. Dia juga menyatakan keinginan bekerja sama dengan AS di Afganistan. Dengan begitu, Iran bisa ‘mencabut’ status yang diberikan pendahulu Obama, George W Bush, yakni negara poros setan.

Tetapi, itulah, Rezaei termasuk di antara lima orang Iran yang diburu Argentina akibat pengeboman 1994 itu. Jaksa di Argentina menuduh seorang pejabat senior Iran mengatur pengeboman itu. Mereka melakukannya melalui kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

Saat itu, sebuah mobil van yang dipenuhi bahan-bahan bom, meledak pada 18 Juli 1994, menghancurkan sebuah komplek pertokoan milih Yahudi. Pengeboman itu menewaskan 85 orang dan melukai 200 lainnya. Hingga kini, tak seorang pun yang sudah diseret ke pengadilan akibat peristiwa tersebut.

Dua tahun lalu, Interpol menerbitkan red notices untuk lima warga Iran. Catatan itu memang tak bisa memaksa sebuah negara menangkap atau mengekstradisi tersangka. Tapi, catatan itu bisa membuat pemimpin negara bersangkutan membatasi ruang gerak perjalanan para tersangka.

Iran sendiri menolak menyerahkan para tersangka itu. Mereka juga membantah tuduhan tersebut. Iran menyebut masuknya nama kelima warganya dalam daftar merah Interpol lebih karena pabrikasi politik dari tekanan AS dan Israel.

Kecuali Rezaei, tersangka lainnya yang diincar Interpol adalah mantan Kepala Intelijen Iran Ali Fallahian, mantan atase kebudayaan Iran di Benuos Aires Mohsen Rabbani, mantan diplomat Ahmad Reza Asghari, dan Jenderal Garda Revolusioner Ahmad Vahidi.

Sebagai salah satu kandidat utama, Rezaei setidaknya masih bisa mencuri suara dari Ahmadinejad, melemahkan pertahanannya menghadapi tantangan reformis yang mengkritiknya atas penanganan kebijakan ekonomi dan luar negeri.

Salah satu serangan yang dilancarkan Rezaei terhadap Ahmadinejad adalah soal bantah-membantah menyangkut Holocaust. Rezaei menyebutkan diskusi menyangkut pembunuhan kaum Yahudi di Eropa semaca Perang Dunia II harusnya diserahkan kepada akademisi saja. “Membantah atau mengkonfirmasi, tak ada untungnya,” tuturnya. [I4]