Inilah Surat Terbuka Untuk SBY & Mentri2

lowonganseluruhcpnsdaerahse indonesia1

Assalamualaikum Wr. Wb.
Yth Bapak Presiden Republik Indonesia
Saya adalah seorang bocah laki-laki berumur 10 th, saya mempunyai kakak perempuan berusia 12 th dan adik berusia 5 th.
Kini kami bertiga telah yatim piatu dan sekarang sudah tidak bersekolah lagi, keadaan yang memaksa kami untuk hidup dijalanan, saya berdagang koran, kakak dan adik saya menjadi pengemis dan pengamen jalanan. Bermula dari Lumpur itu
Dahulu sebelum bencana itu datang, keluarga kami masih mempunyai kehidupan normal, meski kami hanya hidup dalam rumah kecil dengan sedikit perabotan seadanya. Ayah seorang anak tunggal bekerja sebagai buruh, kemudian berhenti dan berwiraswasta membuka warung kelontong didepan rumah, sedangkan Ibu bekerja sebagai TKW di Timur tengah dan selalu mengirimkan uang tiap bulan kepada keluarga kami. Kematian Ibu
Enam bulan sebelum lumpur itu menghancurkan rumah kami, musibah terjadi menimpa ibu, Ia hampir diperkosa majikannya tetapi berhasil kabur keluar rumah setelah menusuk majikan nya itu dengan sebuah pisau buah. Tetapi keluarga majikan malah memfitnah ibu dengan fitnah keji, ibu dituduh merayu dan membunuh majikan. Ketika Ibu ditangkap dan didakwa dengan hukuman gantung, Ibu sangat syok, tiada yang membelanya karena semua bukti direkayasa. Pemerintah dalam hal ini KBRI tidak bisa memberikan pertolongan apa-apa, kecuali hanya sekedar simpati. Disana ibu berjuang sendiri, tidak ada yang perduli dengan dirinya yang hanya sebagai korban, dan pertolongan pemerintah sebagai tempat terakhir seakan-akan seperti pungguk merindukan bulan. Para petinggi itu seakan tidak peduli akan nasib ibu, tidak ada usaha untuk membuktikan bahwa ibu difitnah oleh majikannya. Dalam masa penahanannya, ibu mengirim surat-suratnya kepada kami, surat-surat yang membuat kami menangis setiap hari, membuat bapak selalu pingsan dan membuat si bungsu dan kakak perempuanku merintih setiap malam. Hanya aku sebagai anak lelaki yang paling besar yang berusaha tabah dan menyabarkan keluargaku. Hari-hari ceria berubah menjadi kelam, canda tawa kami seketika menghilang dalam gelapnya episode yang akan kami lalui nanti. Sampai suatu ketika dalam surat terakhirnya, ibu menyuruh bapak untuk tabah dan kuat untuk melanjutkan kehidupan keluarga kami, ia memilih jalan yang terhormat ketimbang mati dalam kondisi difitnah. Dua hari setelah itu, kami mendengar ibu tewas bunuh diri didalam penjara. Ternyata jalan terhormat itu yang dimaksud ibu dalam surat terakhirnya adalah gantung diri.
Setelah kematian Ibu, kehidupan berjalan normal kembali dan bapak melaksanakan janjinya, ia tidak terlihat cengeng, bahkan lebih tegar, terbukti dengan niatnya berwiraswasta dengan membuka warung kelontong yang cukup ramai, bahkan bapak nekad meminjam uang untuk menambah modal usahanya. Ia katakan kepadaku kalau ingin besar harus berani mengambil resiko besar pula. Bencana itu
Roda kehidupan berjalan bagai pedati menarik jerami, ia berputar kadang diatas dan kadang dibawah.
Belum lama kami berhasil tersenyum kembali sejak kematian ibu, bencana yang lebih besar datang, kampung halaman kami terendam lumpur yang berasal dari pipa pengeboran perusahaan swasta.Lumpur itu melululantahkan rumah-rumah kami dan terpaksa kami menjadi pengungsi dikampung halaman sendiri. Rumah kami, sekolah kami, surau kami kini hilang ditelan bumi, memang katanya ada penggantian dari perusahaan itu, tapi ternyata penggantian itu hanya berlaku untuk rumah-rumah yang terdaftar di lembaga penanggulangan lumpur milik pemerintah dengan mengajukan surat-surat tanah, sedang rumah kami, rumah kecil warisan dari kakek kami, yang hanya terletak diujung jalan tidak pernah dihitung oleh mereka. Kami berusaha melaporkan kepada Pak RT, tetapi Pak RT sendiri kami tak tahu dimana rimbanya, beliau sudah pergi entah kemana karena rumahnya pun telah hilang. Ayah kami yang lugu tak tahu harus meminta tolong kepada siapa, dan ia bingung harus melakukan apa, bahkan ia sering berteriak-teriak seperti orang gila karena tak sanggup menahan beban derita yang berkepanjangan karena ganti rugi tak jua dibayar-bayar. Sampai pada suatu ketika, ia menyuruh kami untuk ke Jakarta meneruskan sisa-sisa hidup kami untuk menumpang kepada seorang kerabat ibu disana. Dibekali secarik kertas alamat dan sedikit uang kami bertiga pergi ke jakarta menumpang bus malam diantar tetangga kami.
Sesampai di Jakarta, kami tak tahu harus kemana, kami pun tidak mengerti mengapa ayah menyuruh kami pergi ke kota besar ini, selain ia hanya bilang bahwa kita lebih baik tinggal bersama kerabat ibu yang tinggal disini. Ayah akan berjuang mendapatkan haknya untuk menuntut penggantian uang gantirugi atas rumah kami, begitu katanya sambil tertawa terbahak-bahak sambil menangis. Terakhir, kata tetangga kami ayah kami harus meninggal
karena gantung diri sebab tak kuat lagi untuk menahan berat hidup.
Di jakarta, kami luntang-lantung tak tahu harus kemana, sampai akhirnya kami dirazia oleh satpol PP karena disangka kami pengemis dan gelandangan. Dan memang saat itu, tanpa sadar bahwa kami memang telah menjadi gelandangan. Kami tak punya siapa-siapa di kota besar ini, rumah tempat tinggal kami dipaksa untuk hilang dari muka bumi, sekolah kami dan masa depan kami dirampas dengan paksa oleh orang-orang itu yang entah siapa mereka dan apa kesalahan kami. Yang kami tahu kami dan teman-teman kami tercerai berai oleh bencana itu, bencana yang oleh Bapak Presiden dibilang sebagai “Musibah” sedang bagi kami tetaplah sebagai bencana.
Selepas dari pemeriksaan satpol PP, kami ditolong oleh seorang tua penjual koran yang juga tertangkap oleh petugas itu. Ia membawa kami untuk tinggal digubuknya yang sempit seraya berjanji untuk mencari alamat kerabat ibu kami. Digubuk yang terletak disamping rel itu, kami meneruskan sisa-sisa nafas kami, kami tinggalkan masa kanak-kanak kami dengan berjuang untuk bertahan hidup. Saat anak-anak yang lain bercengkerama dengan teman sekolahnya, adik kami yang seharusnya duduk dibangku TK, terpaksa berlari-lari dijalanan untuk mengemis dari satu kendaraan ke kendaraan lain tak peduli kaki mungilnya menghitam dan rambut kritingnya memerah karena sengatan matahari. Setiap ada kendaraan yg lewat dan berhenti, tangan kecilnya tak lupa untuk menengadah berharap ada pengendara yang berbaik hati memberikan sedekahnya. Sedangkan aku, berdiri dan berlari-lari diperempatan jalan sambil meneriakan koran yang aku jajakan sejak subuh tadi, semoga ada pembeli yang mau membaca koranku pagi ini. Dan kakakku, karena ia memiliki suara merdu, ia menjadi pengamen jalanan dengan sebuah kericikan ditangan. Ia yang seharusnya duduk di bangku SMP dengan kecerdasan yang dimilikinya, seharusnya bisa merenda masa depan yang lebih baik. Semua pekerjaan itu kami lakukan dengan terpaksa, dari pagi hingga malam demi menyambung hari esok, demi menggapai impian-impian anak-anak kecil seperti kami. Bapak Presiden yang saya hormati.
Karena seringnya membaca koran, kini aku menjadi tahu tentang siapa dirimu, dan apa saja yang bisa engkau lakukan dengan kekuatan hebat yang engkau miliki. Karena sering membaca koran itu juga aku bisa menulis surat ini untuk mu, Ternyata engkaulah orang yang selama ini aku cari-cari. Engkaulah orang yang bisa merubah nasib kami dengan sekali perintah saja, orang yang memiliki kesanggupan untuk merubah dunia ditangannya. Orang yang bisa merubah nasib Ibuku jika saat itu ia mau tahu dan membantu dengan bantuan hukum, orang yang bisa mengembalikan rumah kami yang hilang terendam lumpur, orang yang bisa menyembuhkan sakit gila ayahku, orang yang bisa menyekolahkan si bungsu adikku, juga aku dan kakakku, orang yang bisa menampung anak-anak seperti kami dalam rumah yg nyaman, orang yang bisa membuat cerah masa depan kami dan ribuan anak-anak jalanan lainnya yang terjebak dalam kondisi ini bukan karena inilah nasib mereka, tetapi karena dipaksa oleh orang dewasa yang tidak berprikemanusiaan. Bapak Presiden, yang aku kagumi,
Pagi ini setelah melihat berita engkau dilantik, aku ingin engkau menggunakan kekuatan hebatmu untuk membantu kami menemukan kembali kebahagiaan kami yang hilang. Mengembalikan keceriaan sibungsu, memuluskan kembali jari-jari tangannya yang terbakar aspal dan memutihkan kembali mukanya yang tertutup debu jalanan. Juga mengembalikan tawa riang kakak kami yang menghilang sejak ayah sakit jiwa dan menyegarkan kembali wajahnya yang cantik dengan untaian senyumnya seperti beberapa tahun lalu. Juga membantuku mewujudkan cita-cita Ibu dan harapan ayah pada diriku untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama. Engkau Juga adalah orang yang bisa melindungi anak-anak seperti kami yang terpaksa mencari nafkah dijalanan, dari jeratan undang-undang ketertiban milik pemda yang senantiasa bisa menjerat kami kedalam penjara. Bapak Presiden yang aku hormati,
Jika engkau tidak bisa menggunakan kekuatan hebatmu untuk kami, tidak mengapa, aku tidak akan marah, begitu juga adik dan kakak ku. Kami terbiasa tidak meminta kepada orang lain, kami terbiasa tidak menggantungkan hidup kepada manusia lain. Keluarga kami terbiasa hidup keras dan tidak lemah. Satu-satunya tempat bergantung kami hanyalah Allah, Tuhan pemilik dunia ini, itulah yang sering almarhum ibu sampaikan kepada kami, untuk menghibur diri kami saat kami jauh darinya.
Jika engkau sulit untuk mewujudkan harapan kami, juga harapan ribuan anak jalanan lainnya, juga harapan jutaan kaum yang senasib dengan kami, kami hanya meminta kepada engkau untuk mengaminkan doa kami saja, semoga kami bisa menggantikan posisi engkau ketika kami dewasa nanti. Karena kami ingin menolong orang yang bernasib seperti ibu kami, kami ingin menolong orang yang senasib dengan keluarga kami, juga keluarga-keluarga lainnya yang kurang beruntung hidup dinegeri
ini.
Sampaikan salam kami untuk para pembantu engkau, agar beliau juga mengamini doa kami, agar kami dapat menggantikan posisi mereka kelak jika kami besar. Agar Si bungsu kelak akan tercapai cita-citanya menjadi orang yg menyayangi orang lain dengan sepenuh hati seperti sayangnya pak tua penjual koran itu kepada kami, setiap pagi ketika hidup mulai bergulir kembali. Bapak Presiden yang kami hormati, semoga engkau membaca surat kami. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Dari anak negeri yg terhempas di jalanan karena nasib yang kurang beruntung.
20 Oktober 2009, Tengah malam bertepatan dengan pelantikan Presiden/Wakil Presiden.

Urusan Jilbab Jadi Tantangan PKS Menangkan SBY-Boediono

Urusan jilbab jadi tantangan tim kampanye PKS untuk memenangkan SBY-Boediono dalam Pilpres 2009. PKS harus meyakinkan simpatisannya tentang keunggulan dari pasangan yang sempat dinilai kurang mencerminkan nilai-nilai Islami tersebut.

Demikian kata Soeripto tentang misi dari tim kampanye PKS. Politisi senior PKS ini dijumpai wartawan di peluncuran President Center yang merupakan tim sukses bagi SBY-Boediono di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (22/5/2009).

“Akhir-akhir ini banyak yang mendiskreditkan mengapa PKS tidak memihak capres-cawapres yang istrinya pakai jilbab. Itu tantangan tersendiri bagi PKS,” kata dia.

Tentu saja tugas PKS bukan hanya meyakinkan bahwa SBY-Boedinono cukup Islami meski istri masing-masing tidak berjilbab. Tugas besar tim PKS adalah memberikan warna religi dan merangkul kelompok ormas Islam dalam setiap kegiatan atau aksi kampanye pasangan yang mereka jagokan tersebut.

“Indonesia ini kan 90% warganya Islam, tentu ini tugas PKS untuk massa religiusnya,” ujar Soeripto tentang misi utama tim kampanye PKS.

Misi lainnya adalah merebut hati golongan swing voter dan golput yang hingga kini belum menentukan siapa pasangan pilihannya hingga hari-H Pilpres 2009. Menurut perkiraan jumlah mereka secara nasional mencapai kurang lebih 45 juta orang.

“Kalau setengahnya saja sudah bisa direbut, maka bisa memudahkan,” jelas mantan Sekjen Dephut ini.

Sumber: Detikpemilu

GOLONGAN PUTIH HARAM, GOLONGAN HITAM….HALAL

Halal haram hanya wewenang Allah SWT:

Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS: Almaidah:87)

Firman Allah SWT:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (AT Taubah:31)

Firman Allah SWT:
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu[1486] dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At Tahrim:2)

[1486]. Apabila seseorang bersumpah mengharamkan yang halal maka wajiblah atasnya membebaskan diri dari sumpahnya itu dengan membayar kaffarat, seperti tersebut dalam surat Al Maaidah ayat 89.

[639]. Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.

SBY: PEMILU SEREEEM….

SBY: Pemilu Jangan Diseram-seramkan
Senin, 22 Desember 2008 | 02:20 WIB

JAKARTA, SENIN – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap semua pihak untuk tidak memperkeruh suasana pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 2009 mendatang terkait dampak krisis keuangan Amerika Serikat dan Eropa yang diperkirakan berlangsung selama dua tahun.

“Pemilu tahun depan jangan diseram-seramkan. Biarkan saja mengalir seperti biasa,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka acara Musyawarah Nasional (Munas) V Kadin di Jakarta, Ahad (21/12).

Dengan senyum melebar, Kepala Negara mengajak petinggi-petinggi partai untuk berlomba- lomba membeli asesoris partai, baik itu berupa bendera dan kaos secara besar-besaran guna menggenjot produksi tekstil di Tanah Air yang tengah lesu.

“Ini sepertinya humor, tapi betul. Pesan kaos, pesan bendera sebanyak-banyaknya, biar tekstil kita yang di luar negeri pasarnya susah, dalam negeri bisa berkembang,” ujarnya.

Menurut SBY, kalau ini terjadi, maka ekonomi nasional akan bergiat kembali. Kehidupan ekonomi masyarakat akan berjalan seperti biasa karena bisa memproduksi kembali barang. “Tapi tentu dengan sumber-sumber keuangan yang halal, yang betul,” pintanya.

Sektor industri tekstil diperkirakan sejumlah pengamat ekonomi menemui masalah besar akibat dampak krisis keuangan global. Sejumlah produk tekstil dalam negeri yang laris manis di AS, dan Eropa mulai tak dilirik semenjak krisis keuangan mencuat. Walhasil, ditengah lesunya permintaan produk, ancaman PHK pun menghantui karyawan industri tekstik di Indonesia.

SUMBER HTTP://WWW.KOMPAS.COM

PEMILU MENGHASILKAN PEMIMPIN ZALIM

53945
Pemilu 2009 sudah diambang pintu..
intriks mulai terjadi
kemaksiatan politik mulai merebak
saling fitnah,saling sikut dan saling jilat…
semua mengumbar janji
tanpa bukti
proses pemilihan yang penuh kejahatan yang terang dan nyata
siapa yang beruang dia yang menang
tak ada uang dia ditendang
tak ada calon pemimpin yang sejati
tak ada caleg yang tak keji
semuanya berambisi
menghisap darah rakyat sendiri
bendera perang antar partai mulai dipasang dijalan-jalan
foto-foto dipajang dijalan dan dipohon dan ditiang
semua narsis ingin menang
inilah politik…kejam…
sayang ..rakyat tak pernah sadar
ditipu dan dipijak dan dihisap..
rakyat selalu menderita
dibohongi dan dikhianati
mana semboyan dari rakyat untuk rakyat..gombal.
dari rakyat untuk konglomerat
rakyat tetap melarat.
Bagaimana mau dapat pemimpin adil
memilihnya saja dengan cara yang kotor.
mana ada sesuautu yang bersih yang dipilih dengan cara yang kotor.
mencari pemimpin yang adil juga harus dengan cara yang adil..fair..bersih dan jujur.
ah jujur sudah menjadi kata tanpa makna
bersih sudah tidak ada lagi..semua sudah tercemar.
siapa yang salah…
semua salah
rakyat salah
terlalu bodoh dan naif
mau ditipu dan dibodohi terus-menerus
kapan rakyat kita pandai kalo terus dibodohi dan memang bodoh…
mulai sekarang jangan mau dibodohi lagi.
jangan mau…
Heboh… soal pemilu yang..semakin mahal..
semakin menghabiskan dana rakyat..
uang dan utang negara ditanggung rakyat..
mengapa mesti ribet banget pilih pemimpin…
mengapa perlu banayk keluar duit..untuk dihamburkan …
kenapa tidak simpel saja…
negara ini selalu menghamburkan dana untuk hal yang kurang perlu..
selalu menghabiskan uang untuk menyusahkan rakyat
bukannya memikirin sekolah gratis
rumah sakit gratis
pasilitas umum layak pake
angkutan murah kalo gak bisa gratis
yang penting juga internet gratis….
katanya kita negara kaya..
sopo seng kaya yo..konglomerat toh…
sudahlah…
kasian yang baca bisa puieng… 🙂