Apa yang terjadi ketika air di letakan di dalam freezer yang bersuhu 0 derajat celcius, tentu saja air akan membeku, begitu juga mana kala air yang sudah membeku tadi di keluarkan dari dalam freezer dan di taruh di ruangan yang bersuhu mencapai 38 derajat celcius pastinya dalam hitungan menit air yang beku itu akan mencair dan kembali menjadi air seperti semula ketika sebelum di masukan ke dalam freezer. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? karena air sangat tergantung dengan suasana dan keadaan. Begitu pun iman kita hari ini yang masih sangat di pengaruhi oleh suasana dan keadaan layaknya sebuah air.
Penampakan seperti ini akan semakin jelas mana kalau menjelang Ramadhan , dimana kita berbondong-bondong menjadi orang yang mendadak alim. Namun sayangnya ketika cahaya syawal mulai menjelang kita kembali seperti semula sebagaimana air yang membeku di keluarkan dari dalam freezer, lambat laun, perlahan tapi pasti iman kita makin lama semakin menipis baik disadari atau tidak ( tapi sebagian besar dari kita menyadari akan keterkikisan iman kita ).
Iman merupakan perkara yang sangat penting , lebih penting hanya dari sekedar makan dan minum, karena iman lah yang membuat para sahabat ra mulia dan membuat Fir’aun, Qorun, Nambrut menjadi hina, Iman juga dapat membuat hamba menjadi tuan dan tuan menjadi seoarang hamba ( kisah nabi Yusuf dan Zulaikah ) .
Iman bukan perkara yang begitu saja turun dari langit seperti hujan, melainkan iman hanya datang mana kala kita ada usaha atas perkara itu, sebagaimana hari ini kita paham , uang hanya bisa datang kalau kita ada kerja untuk mendapatkannya, maka begitu juga hal nya dengan iman. Dahulu para sahabat nabi berjuang mati-matian untuk perkara ini, Bilal ra rela disiksa dan di tindih batu yang besar di atas terik padang pasir yang panas demi mendapatkan iman, Sumayah Ummu Amar r.ha telah menjadi syahid setelah sebelumnya ditombak kemaluannya olah Abu Jahal demi mempertahankan imannya.
Para sahabat nabi sangat paham atas hal itu , bahwa tiada yang lebih berharga di dunia dan akhirat selain iman. Dunia adalah darul asbab, semua perlu sebab, ingin menghilangkan lapar perlu makan, ingin menghilangkan haus perlu minum, ingin mempunyai anak harus kawin. Begitu juga untuk mendapatkan iman, maka kita perlu usaha atas iman.
Allah swt menghendaki kita untuk bahagia, dan untuk bahagia kita harus mengamalkan agama. Allah swt, menjadikan agama untuk kebahagiaan, bukan untuk menjadikan manusia menderita.
Kalau ada orang yang mengamalkan agama hidupnya menderita berarti mereka mengamalkan agama yang salah yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Semua orang ( baik awam maupun ulama ) sepakat bahwa untuk menjayakan kembali umat Islam hanya dengan satu cara back to Islam ( kembali ke Islam ).
Hanya yang menjadi masalah adalah bagaimana mengembalikan ummat kepada Islam?
Ada yang berpendapat untuk mendatangkan agama kepada ummat Islam harus memiliki kekuasaan, ada juga yang mengatakan harus memiliki harta benda yang banyak.
Kekuasaan tidak mendatangkan manusia kepada agama, mengapa?
Kita lihat Shirah Nabawi :
Kepada Rasulullah saw, ditawarkan kekuasaan oleh orang Quraisy, akan diangkat menjadi raja di Makkah bahkan tidak hanya orang Quraisy, tetapi Allah swt, juga menawarkan dengan menurunkan malaikat-Nya dan bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Muhammad apakah engkau ingin menjadi Mulkan Nabiyan ( Nabi yang raja seperti Sulaiman as, Daud as ) atau menjadi Abdan Rasullan ( Nabi yang hamba ).”
Untuk menjawab pertanyaan ini Rasulullah saw memandang ke arah Jibril.
Jibril mengatakan , “Tawadu’ya Muhammad di hadapan Allah.”
Maka Nabi memilih menjadi Abdan Rasullan. Bahkan gelar tertinggi nabi adalah Abdullah.
Nabi mengatakan ,”Aku duduk seperti duduknya hamba dan makan seperti makannya hamba.” Bahkan menurut beberapa riwayat di rumah nabi berbulan-bulan tidak ada makanan selain air dan kurma.
Bayangkan kalau kita ada di posisi nabi sekarang , maka pasti kita akan memilih kekuasaan, lantas kita akan berkata kepada semua orang dengan gaya seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, “ Kemarilah kalian, masuk Islamlah, jika tidak , aku penggal kepalamu.” Astaghfirullah.
Harta benda tidak memajukan orang dalam agama. Ada seorang ulama menyampaikan bayan ( ceramah kalau bahasa kitanya ), “Wahai saudara! Uang kamu tidak bisa memajukan kamu dalam agama.”.
Orang kaya protes, mereka berkata , “Wahai syaikh, kami akan buktikan bahwa uang bisa memajukan kami dalam agama!”
Maka orang kaya itu pergi ke masjid dan mereka melihat orang miskin duduk di shaf pertama sedangkan orang kaya di shaf ke dua. Orang kaya itu berkata kepada orang miskin itu, “Wahai saudara! Saya beri kamu uang asalkan tempat kamu saya gantikan.” Orang miskin itu setuju dan uang berpindah tangan, orang kaya di shaf pertama, dan kini orang miskin di shaf kedua.
Orang kaya beranggapan bahwa uangnya mampu memajukan dia dalam agama, “Syaikh! Tuan salah, Tuan mengatakan bahwa harta tak memajukan kami dalam agama, tetapi nyatanya kami maju karena uang yang ada pada kami.”
Syaikh bertanya, “Bagaimana bisa terjadi?”
Orang kaya itu berkata,”Di masjid ada seorang miskin yang duduk pada shaf pertama dan kami ada di shaf kedua, lalu kami beri dia uang agar ia mau mundur dan kami maju. Karena uang kami maka kami maju, itu tanda uang kami bisa memajukan kami dalam agama!”.
Syaikh bertanya, “Wahai Saudaraku, ketika uang ada di kantongmu, kamu berada di shaf ke berapa?”.
Jawabnya, “Di shaf ke dua.”
Syaikh bertanya, “Ketika uang lepas dari kantong kamu maka kamu berada di shaf keberapa?”.
Jawabnya, “Di shaf pertama”.
Syaikh berkata, “Ketahuilah wahai saudara! Ketika uang ada padamu justru kamu berada di shaf kedua ( kamu mundur ), dan ketika kamu ubah menjadi sedekah maka kamu ada di shaf pertama. Jadi bukan uang yang memajukan kamu, tetapi sedekah kamu. Dan orang miskin yang menerima uang kamu jadi mundur, uang menjadikan dia di shaf kedua.”
Kepada Rasulullah ditawarkan kekayaan oleh orang Quraisy, bahkan Allah swt. menawarkan melalui malaikat Jibril, “Ya Muhammad, Jika engkau mau maka akan kujadikan semua gunung di Hama menjadi emas”.
Rasulullah saw menjawab,”Aku lebih suka sehari lapar sehari kenyang, pada saat aku lapar aku bisa bersabar dan pada saat aku kenyang aku bisa bersyukur”.
Coba kalau kita yang ada di posisi nabi sekarang , maka pasti kita akan memilih kekayaan, lantas kita akan berkata kepada semua orang dengan gaya seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, “ Nih, satu gunung emas buat kamu, asal kamu masuk Islam.” Astaghfirullah.
Dakwah Nabi tidak mengenal kekuasaan atau benda-benda/kekayaan. Mengapa? Agar manusia murni mengenal Allah, mengenal kehebatan-Nya, kekuasaan-Nya tanpa tercampur dengan apa pun. Karena iman yakin yang demikian akan menjamin keamanan dan hidayah bagi manusia.
Lantas apa yang mesti kita lakukan agar iman kita tetap stabil?.
Sebagaimana layaknya air yang tetap mengeras bila di dalam freezer , maka begitu juga kita, tapi bukan berarti iman kita di masukan ke dalam freezer, melainkan kita mencari komunitas yang bisa membuat iman kita tetap stabil malahan kalau bisa semakin meningkat, seumpama freezer yang membentuh air menjadi es.
Dimulai dengan memilih teman-teman yang mendukung ke arah perbaikan tersebut.dengan tak lupa mendakwahkan dan mempraktekan kebaikan kepada orang lain, Dan dengan sekuat tenaga mengajak diri dan keluarga kita kearah perbaikan.
Abu Hurairah r.a mengatakan bahwa rumah yang di dalamnya dibacakan alqur’an yang mulia, maka berkah dan kebaikan akan memenuhi ahli rumah tersebut. Malaikat akan turun memenuhi rumah tersebut, dan syaitan akan keluar darinya. Sebaliknya bagi rumah yang di dalamnya tidak dibacakan alqur’an, maka kehidupannya akan penuh dengan kesempitan dan ketidak berkahan, malaikat akan keluar dari rumah tersebut, dan syaitan akan masuk memenuhi rumah tersebut. Sekarang pertanyaannya, Sudah kah hari ini kita membaca aqlur’an di rumah kita, atau malah kita sibuk membaca surat kabar.
Ayo lakukan gerakan perubahan dimulai dari diri kita dan keluarga kita, jadi kan rumah-rumah kita seperti freezer yang dapat membentuk generasi yang mencintai Allah swt dan Rasul-Nya diatas segalanya.