INILAH.COM, Pamekasan – Natal sudah di depan mata. Berbagai persiapan untuk menyambut kelahiran Yesus nampak terlihat di berbagai tempat. Begitu juga yang dilakukan di berbagai tempat peribadatan Kristiani di Pamekasan.
Namun, ada yang mengagetkan. Yakni tentang desakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamekasan yang menginginkan agar penayangan kidung natal berbahasa Arab di salah satu stasiun televisi swasta dibatalkan. MUI Pamekasan beralasan, kidung Natal berbahasa arab bisa memicu protes masyarakat luas.
“Ini kan Indonesia, ya pakai yang semestinya saja. Ngak usah berbahasa arab,” kata Ketua MUI Pamekasan, KH. Lailurrahman, Kamis (24/12).
Diakuinya, ulama tidak habis pikir dengan penayangan tersebut. Sebab, sebagai warga negara Indonesia, sudah semestinya memakai bahasa yang menjadi bahasa yang masyarakat.
“Kalau memang penayangan kidung Natal di negara yang memakai bahasa Arab ya tidak apa-apa. Itu sudah lumrah, sebab bahasanya memang begitu. Tapi di sini kan tidak,” ungkapnya.
Keinginan ulama tersebut, merupakan antisipasi awal dari adanya protes besar-besaran dari masyarakat. “Kami takut penggunaan bahasa Arab akan memunculkan anarkisme dari masyarakat yang tidak menginginkan itu. Sudahlah, hormati saja bahasa dimana tempat kita tinggal,” pungkasnya. [beritajatim.com/bar]