Pesan Terakhir Michael Jackson

‘King of Pop’ Michael Jackson meninggal dunia beberapa minggu sebelum menggelar rangkaian konser akbar di London, Inggris. Padahal seluruh tiket konser ‘Kembalinya Jacko’ itu telah ludes terjual.

Dikutip dari laman The Sun, Jumat 26 Juni 2009, 113 hari menjelang kematiannya, Jacko sempat mengatakan bahwa rangkaian konser bertajuk ‘This Is It’ di O2 Arena London itu akan menjadi konser terakhirnya.

“This Is It. Saya hanya ingin katakan bahwa konser itu akan menjadi penampilan terakhir saya,” kata Jacko saat konferensi pers 5 Maret 2009 lalu, terkait konsernya di London pada Juli 2009. “Saya akan bawakan lagu-lagu yang ingin didengar para penggemar. Ini konser terakhir saya, sampai jumpa di bulan Juli.”

Batalnya konser membuat sekitar 80 ribu fans Jacko kecewa. Sejak beberapa bulan lalu, mereka telah memegang tiket konser seharga £ 50 (Rp 850 ribu dengan asumsi £ 1 = Rp 17 ribu) dan £ 75 (Rp 1,275 juta). Bahkan mereka yang memilih tempat duduk di dekat panggung telah menebus tiket seharga £ 175 million (Rp 2,975 juta).

Sebelum berita kematian Jacko, penyelenggara konser ‘Kembalinya Jacko’ ini sempat mengumumkan menunda konser selama lima hari dengan alasan tim Jacko masih membutuhkan waktu gladi resik. Kala itu penyelenggara acara membantah Jacko sakit.

Kenny Ortega, promotor tour konser Jacko di London, mengatakan, sekitar sebulan lalu saat memantau persiapan konser Jacko di Los Angeles, ia melihat sang bintang sangat antusias. “Dia sangat bersemangat dengan ide-ide cemerlang, dia sangat menikmati pekerjaannya,” ujarnya.

Namun semua mimpi itu sirna. Sang bintang legendaris menghembuskan nafas terakhirnya sebelum mimpi terakhirnya terwujud. Sang bintang meninggal di usia 50 tahun akibat gagal jantung pada Kamis siang, 25 Juni 2009, waktu Amerika (Jumat dini hari WIB).

pipiet.noorastuti@vivanews.com

Presiden dikencingi Monyet….

Lusaka – Ada-ada saja! Saat sedang menggelar konferensi pers, Presiden Zambia Rupiah Banda mengalami insiden tak mengenakkan. Seekor monyet mengencinginya dari atas pohon!

Banda pun terkejut. Dia langsung menoleh ke atas dan melihat seekor monyet sedang bertengger di atas pohon dekat tempatnya berdiri. Monyet tersebut merupakan salah satu dari banyak kera yang bersarang di pepohonan yang terdapat di luar kantor Banda.

“Kamu telah mengencingi jaket saya,” seru Banda pada monyet itu seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (25/6/2009).

Meski terlihat kesal, Banda mencoba melucu. “Saya akan memberikan monyet ini untuk makan siang Pak Sata (Michael Sata),” guraunya kepada para wartawan. Michael Sata adalah pemimpin oposisi yang dikalahkan Banda dalam pemilihan presiden tahun lalu.

Insiden monyet kencing itu tak lantas membuat Banda menghentikan konferensi persnya. Dia terus berbicara kepada pers mengenai sejumlah isu khususnya perekonomian negara Afrika itu.

sumber:

http://www.detiknews.com/

Informasi Lowongan Kerja PT PLN (27 Juni 2009)

PT. PLN Geothermal, subsidiary PT. PLN (Persero), yang bergerak di dalam bisnis Panas Bumi membutuhkan untuk posisi:
1. Manager Business Process
Job Description

– Menangani business process Panas Bumi dari up-stream sampai downstream termasuk merencanakan dan mengawasi Study Geo-Science dan Survey Pendahuluan.
2. Manager Eksplorasi dan Eksploitasi
Job Description

– Menangani perencanaan, analisa resiko (risk analysis) dan pengawasan seluruh kegiatan eksplorasi, eksploitasi.
Kualifikasi

– S1/S2 Lulusan Universitas terkemuka Jurusan Geologi, Sipil, Listrik atau Mesin;
– Pengalaman kerja minimum 10 tahun dalam bisnis panas bumi;
– Mengerti tentang peraturan dan perundangan tentang kelistrikan dan panas bumi;
– Dapat menghitung perkiraan harga energy listrik panas bumi;
– Dapat menginterpretasikan hasil Geo-Science dan risk assessment;
– Menguasai risk management bidang panas bumi;
– TOEFL 500;
– Computer literate;
– Usia maks. 40 tahun.
3. Staff Pengembangan Geothermal
Job Description

– Menyiapkan perencanaan dan pengawasan pekerjaan Geo-Science, Eksplorasi dan Eksploitasi;
– Menangani administrasi teknik dan penyiapan tender WKP.
Kualifikasi

– S1/S2 Lulusan Universitas terkemuka jurusan Geologi, Geofisika, Panas Bumi, Sipil, Listrik atau Mesin;
– Pengalaman kerja minimum 2 tahun dalam pengembangan Panas Bumi;
– Dapat berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan;
– Dapat bekerja secara independent dengan supervise minimum;
– Computer literate;
– Usia maks. 35 tahun.
Cara Mengajukan Lamaran

Lamaran dan CV ditujukan kepada:

PT. PLN Geothermal
Jl. Wijaya I/61 Jakarta Selatan
Fac : (021) 7210450

Paling lambat 27 Juni 2009.

Kandidat yang memenuhi persyaratan akan diberikan panggilan lewat telephon untuk interview.

Biar Selamat Kubur Saja Hingga Leher

Seorang pilot mengambil keputusan cepat tatkala pesawat helikopter yang dikendarainya mengalami kecelakaan di kawasan terpencil, sekitar 130 kilometer dari Darwin. Waktu itu, Minggu (21/6) malam, sang pilot yang tak disebutkan namanya tengah bersama satu penumpang.

Hari yang naas, selain tak tersentuh manusia, kawasan lokasi kecelakaan itu pun tempat tinggal buaya air asin. Sialnya lagi, sang penumpang malah terluka parah.

Maka, biar nyawa penumpangnya selamat, sang pilot justru menguburnya hingga leher di pasir. “Ini mencegah korban mengalami hipotermia,” kata sang pilot.

Seusai melakukan tindakan itu, sang pilot kemudian berupaya mencari pertolongan. Beruntung, telepon satelit yang dibawanya berfungsi. Regu penolong dari CareFlight pun segera merespons. Kini, kata Direktur CareFlight Ia Badham, para korban dalam kondisi yang makin membaik.
Sumber: kompas.com

Dakwah

DA’I muda itu tercenung beberapa saat. Akhirnya ia mengangguk tidak terlalu kentara sambil berucap perlahan. “Baiklah, insya Allah saya bisa melakukannya untuk kesempatan mendatang.” Beberapa pengurus masjid duduk bersila di sekitarnya. Mereka menyambut jawaban sang da’i dengan wajah puas.

Pertemuan itu usai. Setelah berjabat tangan dengan beberapa orang, da’i muda itu bangkit dari duduknya sambil mengucap salam meninggalkan ruang rapat pengurus masjid. Langkahnya ringan, sikapnya pasti. Tapi, sungguh keadaan batinnya saat itu tidak seringan dan seoptimis penampilannya. Seolah ada yang membebaninya hingga langkah-langkah kakinya menuju rumah menjadi berat dan kaku. “Inilah kehidupan da’i,” pikirnya berusaha menghibur diri sambil terus berjalan menuju halte pemberhentian mikrolet. Jama’ah dan orang lain tidak banyak tahu bahwa di balik penampilan yang meyakinkan lewat khotbah dan ceramah-ceramahnya. Seorang da’i masih tetap merupakan manusia biasa. Ia tetap memiliki masalah-masalah dalam hidupnya. Seperti yang dialaminya kini.

Sebenarnya, telah beberapa kali ia diminta untuk memberi ceramah tentang hijab oleh beberapa pengurus masjid Namun, selama itu pula ia menolak dengan halus. Masalah hijab dan jilbab merupakan materi da’wah yang terasa amat berat baginya. Ia merasa belum sanggup untuk melaksanakannya.

Masalahnya, bukan lantaran ia kurang menguasai materinya. Bukan … bukan itu. Walaupun boleh dibilang ia mengetahuinya belum terlalu lama, namun dalil-dalil dan nash-nash tentang hijab dari al-Qur’an dan hadits sudah termemori dengan baik dalam ingatannya. Lagi pula masalah itulah yang selama ini senantiasa menjadi bahan pikirannya. Ia tak perlu lagi membuka catatan-catatan kecilnya yang selalu terselip di saku kemejanya untuk mem-bacakan sural al-Ahzab 59, atau sural an-Nur 31, atau hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang kewajiban setiap muslimah untuk mengenakan jilbab. Semua itu ia hafal dan kuasai. Namun, masalahnya lebih gawat dari itu. Bagaimana tidak? Coba bayangkan, ia harus berceramah tentang kewajiban jilbab bagi setiap muslimah Sementara isterinya sendiri sampai kini belum berjilbab Pengurus masud itu belum tahu keadaan sebenarnya. Bagaimana ia dapat menyampaikan ayat-ayat Allah dengan baik kepada jamaah, sedangkan ia sendiri belum sanggup untuk melakukan apa yang disampaikannya.

Mikrolet yang ditunggu-tunggu belum muncul juga. Ada memang dua yang sudah lewat, namun sudah terlalu banyak manusia berjejal di dalamnya. Ia tak bergairah untuk saling berebut. Menunggu angkutan pada jam-jam selepas kantor seperti ini memang bukan suatu pekerjaan ringan dan menyenangkan. Itu sudah jamak di mana-mana di setiap pelosok Jakarta. Dalam saat-saat seperti ini, ia teringat kembali nasib scooternya yang terpaksa dijual kira-kira sebulan yang lain. “Seandainya scooter itu masih ada, tentu tak perlu hampir setiap sore menunggu angkutan seperti ini,” pikirnya mulai berandai-andai.

Namun, cepat ia menepis pikiran itu. Tak ada pilihan, scooter itu memang harus dijual untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya yang lebih mendesak. Masalah keuangan memang selalu menjadi problem sejak beberapa bulan terakhir ini. Honornya sebagai seorang penceramah tidak cukup untuk menutup biaya kebutuhan rumah tangganya sampai akhir bulan. Apalagi semenjak usaha sampingannya berjualan kain batik dan bahan tekstil tersendat-sendat akhir-akhir ini. Ia menerima ini sebagai konsekuensi pilihan yang memang sudah diperhitungkan sejak mula. Dulu, ia sempat bekerja pada perusahaan swasta yang cukup besar. Posisinya lumayan. Gajinya memadai. Karirnya cukup menjanjikan. Pada akhirnya ia harus keluar. Ia merasa, di situ bukan tempat yang cocok baginya. Banyak hal-hal yang tidak sejalan dengan hati nuraninya.

Isterinya pun semula bekerja di swasta. Namun, semenjak da’i muda itu belajar tentang Islam secara serius barulah ia mengetahui bahwa fitrah seorang isteri adalah di rumah. Ia kemudian meminta isterinya agar keluar dari pekerjaannya. Bukan perkara mudah baginya untuk membujuk dan memberi pengertian pada isterinya. Semula, isterinya dengan tegas menolak. Wataknya memang keras. Tiga bulan adalah wakru yang ia gunakan untuk membujuk isterinya secara terus menerus hingga akhirnya sang isteri pun mau mengalah. Alhamdulillah. Langkah pertama sukses. Tapi, langkah-langkah berikutnya masih tanda tanya besar. Entah berapa lama ia butuh waktu untuk meluluhkan hati isterinya tentang soal jilbab.

Namun, da’i muda itu sadar. Ia tak bisa sepenuhnya menyalahkan isterinya. Dirinya pun punya andil atas sikap keras isterinya. Awalnya memang telah keliru. Ia menikahi isterinya dalam keadaan tidak berjilbab. Kalau sekarang ia gencar menyuruh isterinya berjilbab, tentu isterinya akan berkeras pula menggugat sikap awal ketika hendak menikahinya dulu. Dulu kok, mau?! Nah lho, apa tidak mati kutu. Seandainya sejak pertama ia pagi-pagi sudah mewajibkan isterinya berjilbab, tentu masalahnya akan lain.

Ia memang terlambat mengetahui tentang hukum jilbab. Sesungguhnya dulu ketika masih di kampung, ia pun pernah membaca ayat-ayat tentang jilbab. Namun, ia tak pernah mengkajinya secara mendalam, hingga lewat begitu saja dalam ingatannya. Ia dibesarkan di lingkungan santri di sebuah kota kecamatan kecil yang termasuk wilayah Kabupaten Pekalongan. Sebagaimana umumnya pemuda-pemuda desa, pertama kali ia menginjakkan kakinya di rantau, saat ia mengira dirinya telah banyak memiliki bekal ilmu agama. Namun, kesadaran baru menyergapnya ketika ia mulai tertarik untuk belajar Islam secara intensif dan sungguh-sungguh. Ternyata, banyak hal yang selama ini dilakukannya dan dianggapnya benar, ternyata keliru menurut nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Tradisi-tradisi ritual yang berkembang di tengah masyarakat banyak yang mengatasnamakan Islam. Namun, sesungguhnya itu semua jauh dan nilai-nilai Islam, hingga menimbulkan kerancuan yang mengundang kesalahpahaman tentang Islam. Ia dulu juga melakukan hal-hal seperti yang banyak dilakukan orang pacaran, nonton, mendengar musik, merokok, dan lainnya. Karena sudah umum dilakukan orang, ia menyangka bahwa hal-hal semacam itu memang tak dilarang oleh Islam

Suara klakson mengejutkannya. Itu dia ada mikrolet kosong. Cepat ia beranjak menyongsongnya. Ia duduk di pojok. Tak ada pilihan lain. Di sebelahnya seorang wanita muda, barangkali wanita karier. Di depannya juga. Da’i muda itu melepas pecinya, digunakan untuk mengusir gerah dan bau aneka rupa keringat dan aroma parfum wanita di sebelahnya. Dalam hati hati ia mengucap syukur bahwa isterinya setiap sore tak lagi harus turut berdesak-desakan dalam mikrolet dan bis kota sehabis pulang kerja seperti perempuan di sebelahnya ini. Ingatannya berkelana mengenang isterinya dan pertengkaran-pertengkaran di antara mereka yang semakin sering terjadi akhir-akhir ini. Masih melekat perdebatannya pagi tadi sebelum ia pergi: “Apa sampeyan tidak merasa, jeng … bahwa sesungguhnva Allah itu telah menyindir orang-orang seperti kita ini lewat firman-Nya: “Apakah kalian beriman pada sebagian isi kitab-Ku, sedangkan sebagian lainnya kalian menging-karinya?” Itulah kita saat ini.”

Dengan menarik nafas panjang istrinya menjawab dengan nada keras dan kesal. “Kenapa sih baru Mas ributkan masalah ini sekarang? Tiap hari itu-itu saja yang diungkit-ungkit. Aku bosan bertengkar terus, kenapa tidak dari dulu-dulu, sebelum kita kawin misalnya …”

Da’i muda itu lain menjangkau telapak tangan isterinya, berusaha meredakan emosi isterinya. Nada suaranya yang semula sempat terpancing meninggi, kini kembali melunak.

“Dulu ‘kan aku belum tahu hukumnya. Nah, sekarang aku sudah tahu, maka aku wajib memberitahukanmu, Jeng. Cobalah renungkan, aku ini seorang da’i. Setiap tingkah lakuku seyogyanya kan harusmencerminkan setiap ucapan-ucapanku di mimbar. Nah bagaimana aku bisa berkhotbah dengan baik tentang jilbab kalau isteriku sendiri tidak berjilbab.”

“Setiap kali keuar rumah ‘kan aku selalu mengenakan kerudung selendang Mas,” protes isterinya.

“Selendang belum menutup auratmu dengan sempurna. Rambutmu masih keluar-keluar, lehermu masih kelihatan, anting-antingmu juga, bentuk dadamu belum tertutup sempuma.”

Dalam keadaan demikian biasanya sikap keras hati isterinya akan menonjol. Da’i muda itu sudah hafal betul, karenanya ia tidak terlalu surprise ketika isterinya menyanggah, masih dengan nada protes:

“‘Tapi bukankah banyak para ustadzah dan juru da’wah wanita yang hanya melilitkan selendang di kepalanya saat mereka memberikan ceramah agama pada para jama’ah?”

“Itu memang kenyataan yang ada di tengah masyarakat. Tapi harus diingat, walaupun mereka itu da’iyah atau ustadzah yang luas ilmu agamanya. tapi tidak tertutup kemungkinan mereka untuk keliru, justru di bidang yang digelutinya sehari-hari. Untuk tingkatan mereka seharusnya mereka sudah tahu hukumnya. Entahlah, apa sebabnya sebagian mereka belum bisa melaksanakannya. Yang penting kita perbaiki diri kita dulu. Sesuatu yang keliru tak perlu kita jadikan contoh. Yang jadi pedoman kita hanya al-Qur’an dan Hadits”

“Tapi terus terang, Mas, aku belum siap untuk mengenakan jilbab. Apa nanti kata orang dan saudara-saudara melihat aku pakai jilbab panjang dan jubah lebar, nanti pasti dibilang ekstrimlah, fanatiklah, atau sebutan-sebutan tak enak lainnya.”

“Begini Jeng, setiab perempuan itu sudah siap untuk mengenakan jilbab begitu ia menginjak usia akil baligh. Itu sudah fitrah. Kita saja yang suka mengingkarinya. Coba pikirkan, setiap muslimah setiap kali shalat ia harus mengenakan kerudung yang menutup seluruh auramya kecuali raut muka dan telapak tangan. Seperti itulah seharusnya penampilan muslimah di luar rumah, artinya menutup seluruh auratnya. Itu yang disebut fitrah. Jadi, bukan seperti keadaan yang banyak dilakukan para muslimah sekarang; mengenakan kerudung di saat shalat, memamerkan aurat setelahnya.”

Sang isteri menarik tangannya cepat dari genggaman suaminya. Marah betul agaknya ia.

“Kau ini memang pandai betul bicara, Mas!” katanya ketus sambil bcrdiri menjajakan kemarahannya. Wah, gawat nih.

“Pokoknya aku sudah bosan dengan tuntutan-tuntutanmu itu. Kau menuntutku terlalu banyak, Mas. Selama ini aku sudah berusaha untuk sabar dan selalu mengalah, namun bukannya engkau mengerti, malah semakin menekan dan menuntutku.”

Da’i muda itu tak menjawab. Ia hanya memandang redup isterinya dengan kegalauan yang bertimbunan. Sementara air mata isterinya mulai bercucuran, namun tetap melanjutkan melampiaskan perasannya yang terpendam selama ini.

“Sikap-sikapmu bukan hanya sering menyakiti hatiku, tapi juga sering membikinku malu. Tahukah Mas, bahwa kita ini jadi bahan pergunjingan di antara tetangga dan saudara-saudaraku yang lain. Jeng… suaminya itu ikut aliran apa sih? Begitu sering tanya mereka kepadaku Aku yang risih, Mas? Tidak mau salaman dengan perempuanlah, tidak mau ikut ngobrollah, tidak mau ini, tidak mau itu, dan banyak lagi sikap-sikapmu di mata orang ganjil dan tidak umum. Mas. aku ini juga banyak kenal dengan isteri-isteri yang bersuamikan da’i. Tapi, menurutku mereka biasa-biasa saja, tidak neko-neko, tidak aneh-aneh, tidak memaksa isterinya berjilbab, tidak melarang isterinya bekerja kantoran, bergaul biasa. Coba, kurang taat apalagi aku padamu? Ketika engkau memintaku berhenti bekerja, aku menurut. Dan apa hasilnya kini? Ekonomi kita malah tidak karu-karuan, sementara engkau hanya sibuk dengan duniamu sendiri Alhamdulillah aku masih punya sedikit tabungan, kalau tidak… entah apa jadinya rumah tangga kita ini….”

Ia hanya bisa mendesah pendek. Setiap kali berdebat dan kemudian berujung pada satu hal itu, maka hilang sudah seleranya untuk bicara lebih lanjut. Pertengkaran-pertengkarannya selama ini hampir selalu bermuara di situ.

“Prapatan ada turun…?” seru sopir mikrolet membuyarkan lamunannya.

“Ya, ya,.. depan kiri!”

***

Tantangan da’wah memang beraneka rupa bentuknya. Namun terasa lebih berat justru tantangan yang berasal dari diri dan keluarga sendiri. Dan itu tengah dialaminya kini. Selama ini menurut pengamatannya, da’wah tentang masalah hijab dan jilbab jarang sekali disampaikan oleh para ulama dalam ceramah dan khotbah mereka. Kalaupun ada, itu hanya dalam lingkungan terbatas dan umumnya dilakukan justru oleh da’i-da’i berusia muda. Sementara ulama-ulama senior yang ilmu fiqh dan agamanya tak perlu lagi diragukan, kebanyakan justru mengambil tema-tema da’wah yang sudah umum sifatnya, yang sudah biasa di-dengar ummat. Akibatnya, masalah hijab dan jilbab seperti suatu lahan yang tidak tergarap, tersisih dan luput dari per-hatian. Sementara di tengah ummat sudah banyak terdapat ghazwul fikri dari berbagai penjuru yang justru menyudutkan perintah hijab dan jilbab. Ummat menjadi asing dengan persoalan itu, atau sengaja diasingkan. Pengetahuan ummat serba gelap, meraba-raba sehingga cenderung menilainya dengan sikap bermusuhan dan prasangka buruk. Ini menjadi kewajiban ulama atau setidaknya mereka yang telah tahu untuk meluruskannya. Kalau selama ini belum banyak ulama yang mengangkat bidang ini, mungkin disebabkan karena mereka memiliki persoalan yang sama seperti yang tengah dihadapinya saat ini. Itulah antara lain yang memotivasinya mengapa ia tetap ngotot berusaha memberikan pengertian tentang kewajiban berjilbab pada isterinya, sebelum ia benar-benar terjun memasuki lahan yang belum banyak tergarap ini. Kalau perlu. ambil itu sebagai spesialisasi. Dokter saja punya spesialisasi, da’i pun bisa. Karenanya, ia sempat marah dan kecewa besar ketika beberapa hari yang lalu isterinya pernah menyarankan hal yang seolah menyepelekan tekadnya.

“Mas tokh bisa mencari materi khotbah yang lain,” begitu kata isterinya. Kontan, ia meradang. Isterinya seolah takjub melihatnya.

Waktu semakin mepet. Tiga hari lagi. Dan belum ada tanda-tanda yang menunjukkan tentang perubahan sikap isterinya. Kegelisahannya memuncak. Maka, sore itu ter-jadilah adegan ulang untuk yang kesekian kalinya. Ia ajak isterinya untuk membicarakan masalah satu itu. Belum lagi ia menyelesaikan kalimatnya, isterinya telah memotongnya dengan sengit bersama kemarahannya yang memuncak.

“Itu lagi! itu lagi! Hanya itu yang ada dipikiranmu, Mas! Pernahkah engkau ikut memikirkan tentang sewa rumah kita yang akan habis bulan depan… atau hutang kita yang belum terbayar di warung sebelah, atau uang listrik yang terpakai untuk menutupi uang belanja?!! Kau tak pernah memikirkan semua itu. Kau sibuk sendiri dengan idealis-memu. Aku malu, Mas, malu…. tiap akhir minggu harus hutang pada bapak dan ibu hanya untuk mengasapi dapur kita. Sudah, aku tak mau lagi mendengar engkau menyinggung tentang soal ceramahmu itu?”

Bersamaan dengan itu meledaklah tangis isterinya, lalu berlari kecil menuju kamar. Braaakkk! Pintu terbanting kencang. Braakkk! Terbanting pula harapan da’i muda itu. Ia memandang hampa ke arah kamar yang telah tertutup rapat itu. “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,” terngiang ucapannya sendiri ketika berkhotbah di depan jamaah

***

Dua bulan kemudian.

Menunggu mikrolet lagi. Begitulah aktivitasnya setiap sore. Tapi sekarang belum sore. Da’i muda itu menyandarkan tubuhnya di tiang halte pemberhentian. Wajahnya tampak kusut dan letih. Peci yang biasa dikenakannya, tidak tampak. Kesedihannya tampak dari matanya yang memandang nyaris tidak peduli pada mikrolet yang kebetulan kosong dan berhenti persis di depannya. Ia baru saja mengurus proses talak isterinya di Pengadilan Agama.

Ia menelan ludah untuk menyingkirkan kepedihan hatinya. Pahit ludahnya. Namun apa yang harus dihadapinya lebih pahit lagi. Ia harus menerima kenyataan tentang kegagalannya. Kegagalan rumah tangganva Kegagalan da’wahnya. Hatinya nelongso. Namun ia masih tetap berharap, insya Allah isterinya ditunjukiNya hidayah dan akan berubah penilaian dan pendiriannya. Ia masih mencintai isterinya itu dan belum tertutup jalan untuk rujuk kembali.

“Pak Ustadz…!”

Sebuah suara mengejutkannya. Ia menoleh. Seorang laki-laki setengah baya datang menghampiri sambil melempar senyum.

“Assalamu alaikum…!”

“Wa’alaikum salam… Masih ingat saya, Pak Ustadz?” tanya laki-laki itu ramah

“Sebentar, sebentar,… saya ingat-ingat dulu…”

“Masak Pak Ustadz lupa sih.” kata laki-laki itu tanpa memberikan kesempatan padanya untuk berpikir lebih lama. “Saya jamaah masjid al-Ikhlas, itu lho, yang merekam ceramah Pak Ustadz beberapa waktu yang lalu, pasti Pak Ustadz ingat….”

“Oh ya, ya… ingat saya sekarang. Bagaimana kabarnya?”

“Alhamdulillah, baik-baik saja. Tadi saya lihat Pak Ustadz dari mikrolet maka saya turun di sini. Ini lho Pak Ustadz, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih…”

“Terima kasih? Soal apa…..?”

“Dulu ‘kan saya pemah minta izin Pak Ustadz untuk merekam ceramah Pak Ustadz tentang hijab dan jilbab di masjid al-Ikhlas. Kasetnya saya bawa pulang, lalu di rumah disetel oleh isteri saya. Tiba-tiba saja dua hari kemudian ia dan anak gadis saya menyatakan keinginannya untuk berjilbab. Saya sendiri sampai takjub, nyaris tak percaya. Lha, wong anak gadis saya itu semula tomboynya minta am pun, kok. Rupanya mereka mendapat hidayah dari Allah lewal ceramah Pak Ustadz itu…”

“Alhamdulillah…..!

Ada setetes kesejukan meresap di hati da’i muda itu. Subhanallah. Walau setetes. cukuplah baginya untuk melarutkan hamparan kepahitan dan kegagalan yang baru saja dialamiya. Ia pun berdo’a memohon hidayah untuk isterinya, seperti Dia telah memberikan hidayahNya kepada berjuta-juta ummat manusia. Ia ingin berkumpul kembali dengan isterinya dalam kesatuan jiwa, satu hati dan satu pandangan. Amin. (T.Prasojo)

TAMAT

Alhamdulillah…Idul Fitri dan Idul Adha Dijadikan Hari Libur Resmi di New York

Dewan Perwakilan Rakyat Kota New York, Amerika Serikat, setuju memasukkan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai kalender hari-hari libur sekolah di kota itu, seperti Natal pada agama Kristen dan Yom Kippur dalam agama Yahudi.

“Alhamdulillah, dengan suara mayoritas, hanya satu suara yang menentang, resolusi tersebut diterima secara mutlak. Hari Kamis, 18 Juni 2008, merupakan hari bersejarah bagi komunitas Muslim di Kota New York,” kata anggota Dewan Muslim Kota New York asal Indonesia Syamsi Ali yang menghubungi Antara di Jakarta, Jumat (19/6).

Imam Masjid Indonesia di New York ini mengungkapkan, proses menjadikan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur tersebut melewati masa yang lama. Sekitar dua tahun lalu, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, Kota New York mengadakan jajak pendapat di mana anak-anak Muslim harus memilih antara sekolah atau shalat Idul Adha.

Sejak itu, masyarakat Muslim membentuk koalisi besar untuk hari-hari libur Muslim atau Coalition for Muslim Holidays, yang tidak saja beranggotakan komunitas Muslim, tetapi juga berbagai organisasi non-Muslim. Keterlibatan non-Muslim ini adalah hasil dari upaya menjembatani hubungan antarkomunitas.

Beberapa waktu lalu diadakan perdebatan umum yang diikuti publik di Dewan Kota New York, di mana sejumlah rabi dan pastor mendukung usulan liburnya Idul Adha dan Idul Fitri, kata Syamsi yang pernah dinobatkan sebagai tokoh Muslim paling berpengaruh di Kota New York oleh media setempat.

Ia menjelaskan, resolusi tersebut pertama kali disponsori anggota DPRD Robert Jackson dari Bronx. Berkat kepemimpinannya di Komisi yang membawahi pendidikan dan budaya, serta dorongan dari aktivis Koalisi Hari-hari Libur Muslim itu, akhirnya mayoritas anggota DPRD mendukung, termasuk para penganut agama Yahudi.

“Pada akhirnya resolusi ini akan diajukan ke meja wali kota untuk disahkan menjadi peraturan kota. Insya Allah kita optimistis wali kota akan mengesahkan resolusi tersebut,” kata Syamsi yang berasal dari Makassar itu.

Kalangan Muslim di Kota New York sedang merancang strategi untuk melobi wali kota, termasuk menghubungkan dukungannya dengan pemilihan wali kota mendatang. Wali Kota New York Michael Bloomberg yang merupakan seorang Yahudi berniat maju kembali menjadi calon wali kota periode ketiga setelah Dewan Kota mengubah pembatasan wali kota dalam dua periode.

“Bagi kami, ini sejarah yang akan dicatat dalam perkembangan Kota New York. Keberhasilan ini juga merupakan indikasi bahwa Islam dan Muslim di AS semakin mendapat pengakuan,” ujarnya.

Satu dari setiap 10 warga kota New York adalah Muslim, persisnya antara 800.000 hingga sejuta orang, sementara jumlah masjid mencapai 200-an. Syamsi menungkapkan, warga Muslim New York ini terlibat dalam segala sendi kehidupan, termasuk kepolisian dan pendidikan.

Sumber: kompas.com

Awas Virus Hand Phone Merusak dan Mencuri Pulsa di HP Anda

Pengguna ponsel disarankan untuk berhati-hati. Jumlah virus yang menyerang ponsel terus bertambah. Penyebaran virus ponsel ini bermotif ekonomi dengan tujuan mencuri pulsa korbannya hingga terkuras habis.

Product Technical Manager Kaspersky Ary Pryanto mengatakan jumlah virus yang menyerang smartphone dan ponsel mencapai 200 ribuan. Sedangkan virus lokal mencapai ribuan, beberapa di antaranya menyerang ponsel.

Serangan virus ke ponsel kebanyakan ditulis dengan program java yang bisa menjangkiti ponsel lama maupun baru. Sementara virus lokal yang dibuat orang Indonesia juga ada yang bermotif ekonomi. “Virus lokal berisi kode-kode tertentu yang bisa mencuri pulsa,” kata Ary di Jakarta, kemarin.

Semua ponsel rentan terhadap serangan. Virus menyerang semua sistem operasi termasuk Symbian yang banyak digunakan di berbagai merek ponsel terkenal di dunia. Virus juga menyerang ponsel Windows Mobile. “Untuk Windows Mobile, versi komputernya saja ada virusnya, demikian pula di ponsel,” imbuh Ary.

Sementara untuk pengguna BlackBerry bisa sedikit lebih bernafas lega. Ary menyebutkan belum ada virus yang menyerang handset BlackBerry. Namun ancaman bukan berarti tidak ada. Untuk kasus BlackBerry, virus menyerang bagian server yang mengoperasikan layanan BlackBerry.

Lalu bagaimana cara mengetahui jika ponsel telah diserang oleh virus? Untuk mengetahui secara pasti diperlukan tool khusus berupa antivirus. Namun secara umum, jika di ponsel muncul karakter aneh atau menjadi berat, kemungkinan besar telah menjadi korban virus.

Untuk mengatasi hal ini tidak ada yang bisa dilakukan kecuali software ponsel harus diformat ulang. Setelah itu software ponsel diganti dengan yang bebas virus. Kerugian terbesar yang disebabkan oleh virus ponsel adalah rusaknya data yang ada di ponsel. Walhasil seluruh nomor serta data lain yang disimpan dalam ponsel rusak.

Dalam situsnya Nokia memberikan beberapa petunjuk untuk melindungi ponsel dari serangan malware. Di antaranya agar koneksi Bluetooth dibuat dalam modus sembunyi, terutama agar koneksi tidak terlihat oleh orang lain.

Selain itu pemilik ponsel harus tetap waspada saat menerima aplikasi yang dikirim lewat Bluetooth atau MMS. Pemilik ponsel disarankan tidak membuka attachment yang tidak jelas pengirimnya, serta tidak mendownload konten ke ponsel dari sumber yang tidak diketahui.

Virus yang dapat menyerang ponsel dan PDA pertama kali ditemukan sekitar Juli 2004. Virus itu mampu berpindah dan memperbanyak diri dengan perantara Bluetooth. Virus bernama Cabir itu mengaktifkan diri tiap jeda waktu tertentu untuk menyerang korbannya.

Untuk mengatasi virus ponsel beberapa vendor telah menyediakan antivirusnya. Ary mengatakan harga antivirus Kaspersky sekitar Rp 300 ribu termasuk berlangganan update selama 1 tahun.

Antivirus ponsel ini bisa melakukan berbagai fungsi seperti di PC. Antivirus memiliki fasilitas scan on demand. Selain itu ada fasilitas antispam untuk memfilter SMS dan email sampah dimana rata-rata smartphone saat ini memiliki fasilitas email. [E1]
Sumber:inilah.com

Pengumuman Lowongan dan Pendaftaran CPNS 2009 Online melalui Internet

Pemprov Sumsel terus mengembangkan system yang digunakan dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Salah satunya untuk penerimaan CPNS formasi 2009, pendaftaran akan dilakukan via internet. Demikian ditegaskan Kepala Badan Kepegawaian (BKD) Sumsel, Muzakir, saat ditemui di Pemprov Sumsel, kemarin. Menurut Muzakir, sebelumnya penerimaan CPNS di Pemprov Sumsel sudah dilakukan dalam 4 tahap. “Nah, untuk formasi 2009, kita akan tambah 1 lagi, yakni pendaftaran via internet atau web. Sehingga, tidak lagi mendaftar CPNS ke panitia,’ tegas Muzakir.

Menurut Muzakir, dia akan menjelaskan rencana itu pada Gubernur Sumsel dalam waktu dekat bahwa seluruh penerimaan CPNS harus mendaftar via web online. “Ya, pendaftaran melalui surat via kantor pos masih tetap ada, tapi kapasitasnya tidak sebanyak dulu,’’ ujar Muzakir. Muzakir mengakui, mendaftar via internet atau web lebih menguntungkan, lebih praktis, tidak perlu biaya dan tidak harus pergi jauh. “Karena mudah diakses dan ada di mana-mana. Tinggal akses di web, selesai. Untuk tahap awal kita akan berlakukan di provinsi dulu, nanti bertahap kita juga berlakukan juga di kabupaten kota di Sumsel,’’ kata Muzakir.
Sementara itu soal rencana pembukaan penerimaan CPNS formasi 2009, Muzakir mengatakan menunggu surat resmi dari Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (MenPAN) Taufiq Effendi. Pasalnya, dijadwalkan pada Juli 2009 akan dilakukan pembahasan bersama dengan seluruh kepala daerah terkait kuota PNS.
”Belum kami terima petunjuknya. Namun dalam waktu dekat ini akan pembahasan di Jakarta terkait kuota CPNS yang bakal dibuka,” ungkap Muzakir, seraya menjelaskan kemungkinan terbesar penerimaan dilakukan tahun ini sebab Indonesia sedang menghadapi Pilpres 2009 pada tanggal 8 Juli. Namun yang jelasnya pelaksanaan tes akan dilakukan serentak di seluruh Indonesia.
Menurut Muzakir, Pemprov pada bulan Mei lalu telah mengajukan usulan 300 formasi untuk penerimaan CPNS untuk formasi umum. Sedangkan kabupaten/kota juga mengajukan usulan tergantung kebutuhan masing-masing daerah. Dalam usulan itu, ungkap Muzakir formasi CPNS diusulkan dari berbagai disiplin ilmu. Dan alokasi CPNS 2009, jelasnya lebih fokus pada tenaga medis dan pendidikan dokter serta perawat dan guru. Dengan begitu, dapat dikatakan untuk tenaga medis dan pendidikan sekitar 70 persen dan sisanya untuk tenaga strategis lainnya seperti akuntansi, ilmu hukum dan lain sebagainya. (war)