Islam adalah agama yang umatnya diperintahkan dengan tegas dalam Al Qur’an dan hadist untuk mendakwahkan ajaran agamanya. Tapi sayangnya tugas itu belum diemban secara serius oleh umat Islam. Tidak ada satu negara Islam yang mempunyai misi untuk mendakwahkan Islam seperti yang dilakukan oleh negara Roma (Vatican) sebagai pusat misi dakwah agama Kristen terbesar di dunia yang mempunyai dana yang besar untuk menyebarkan inzil ke seluruh pelosok dunia.
Ada apa dengan umat Islam…?
Kenapa umat Islam tidak mau mendakwahkan agamanya..?
Allah bangga dengan hamba-Nya yang senantiasa berdakwah di jalan-Nya. Firman Allah, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Fushshilat:33)
Perhatikan betapa Allah telah menegaskan bahwa perkataan yang paling baik adalah perkataan para dai. Sebab mereka tidak berkata kecuali ajarannya. Setiap kalimat yang mereka ucapkan semata untuk menyebarkan kebaikan, dan kedamaian bagi manusia.
Saudaraku, sungguh kita hidup di zaman di mana tangan-tangan kebatilan bekerja keras untuk merusak tatanan. Mereka gerogoti aqidah muslim dengan menyebarkan khurafat melalui film-film yang mengagungkan para dukun. Mereka rusak ekonomi dengan sistem ribawi. Mereka cemari budaya budaya dengan tebar budaya pornografi agar tidak ada perbedaan antara manusia dengan binatang. Mereka raih media dengan menawarkan hiburan yang menggerogoti akhlaq dan moral generasi muda. Orang diajak tertawa dalam rentetan hiburan yang tidak bermakna. Padahal ulama mengatakan bahwa tertawa mematikan hati.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (الصف4)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Dalam Al Qur’an ada satu surah namanya Ash Shaf artinya barisan yang kokoh. Dalam shalat berjamaah disyaratkan barisan shaf harus lurus. Karena ketidak lurusan shaf akan menyebabkan hati bercerai-berai. Dalam ayat di atas kita temukan kata shaffa yang artinya barisan pasukan umat Islam harus lurus dan kokoh, ka’annahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kuat, tidak tergoyahkan).
Amal Yang Paling Dicintai Allah
Imam Al Qurthuby meriwayatkan bahwa ayat di atas turun ketika para sahabat bertanya: law na’lam ayyul a’maali ahabbu ilallahhi la’amilnaahu (seandainya kami tahu amal yang paling Allah cintai niscaya kami akan melakukannya) lalu turunlah ayat di atas.
Benar ayat ini berkenaan dengan masalah barisan perang, tetapi pada dasarnya semua barisan sama. Baik itu barisan dalam shalat maupun barisan dalam dakwan apalagi dalam perang, itu harus solid. Karena itu Rasulullag saw. selalu mengingatkan sebelum shalat agar barisam shaf diluruskan. Bahkan Rasulullah saw. tidak pernah memulai shalatnya sampai semua barisan shaf benar-benar rapi. Perhatikan betapa makna soliditas barisan ini benar-benar sangat penting, sebagai cerminan ketaatan bagi orang-orang yang beriman
Dari firman Allah di atas: innallaaha yuhibu nampak bahwa Allah benar-benar sangat mencitai barisan yang solid. Artinya sekalipun seseorang banyak melakukan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi jika dalam akhlaknya seahari-hari merusak persatuan umat Islam, itu semua tidak akan membuat Allah cinta kepadanya. Perhatikan Allah mengkaitkan cinta-Nya dengan soliditas barisan. Bahwa untuk meraih cinta Allah seorang hamba harus bersatu dengan saudaranya. Tidak boleh saling menjatuhkan, menjelekkan hanya karena perbedaan fikih atau jamaah, apalagi saling membunuh.
Karenanya kita menemukan contoh-contoh yang sangat mengagumkan dari tradisi para ulama, bahwa mereka sekalipun berbeda mazhab fikih, mereka saling menghormati di antara mereka.
Imam Ahmad mengatakan: “Aku tidak akan menjelekkan orang-orang yang mengatakan bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu’ sekalipun itu sependapat dengan aku.”
Imam Syafi’ie tidak membaca qunut ketika menjadi imam di tengah masyarakat yang bermadzhab Hanafi. Ketika di tanya mengapa ia tidak membaca qunut, padahal baginya sunnah muakkadah dalam shalat subuh, Imam Sya’fii menjawab, “Aku menghormati pendapat Imam Abu Hanifah.”
Perhatikan, betapa para ulama benar-benar memahami bahwa perbedaan fikih tidak boleh menyebabkan lahirnya fanatisme buta, bahkan harus saling menghormati antar satu dengan lain. Ini antara berbagai madzhab, bahwa solidaritas keumatan itu harus ditegakkan, apalalagi dalam satu jama’ah atau organisasi dakwah yang jelas-jelas semuanya berbuat untuk menegakkan ajaran Allah swt.
Mengapa soliditas barisan ini termasuk amal yang paling dicintai Allah?
Pertama, bahwa dari soliditas akan lahir kekompakan.
Dari kekompakan akan lahir sinergi yang berkesinambungan. Bukankah kita hidup di alam ini karena sinergi yang utuh antar seluruh unsur yang Allah ciptakan di dalamnya. Dalam ilmu biologi itu di kenal dengan ekosistem. Perhatikan bahwa semua proses dalam hidup kita sehari-harti sangat membutuhkan soliditas. Dalam tubuh kita, kita temukan bahwa semua organ bekerjasama dengan solid, sehingga kita merasakan nikmatnya. Sungguh tidak terbayang apa yang akan kita rasakan jika masing-masing organ dalam tubuh kita bekerja sendiri-sendiri dan bercerai-berai. Berdasarkan ini nampak bahwa soliditas itu fitrah. Dan kita semua tidak akan pernah menghindarinya. Sekali menghindar kita pasti akan menderita, bahkan itu akan menyebabkan malapetaka bagi kemanusiaan. Karena itu menegakkan soliditas dalam usaha apa saja -apalagi dalam usaha dakwah- adalah suatu keniscayaan. Maka sungguh berdosa ketika seseorang mengaku beriman kepada Allah, sementara dalam menegakkan ajaran-Nya tidak solid, apalagi saling membunuh antar sesamanya.
Kedua, soliditas barisan adalah bagian dari iman.
Perhatikan ayat sebelumnya, Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk berfirman: limaa taquuluuna maa laa taf’aluun artinya (wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan). Maksudnya mengapa kalian mengaku beriman jika kalian tidak mau bersatu dalam barisan yang kokoh. Ini menarik untuk kita tekankan. Sebab fenomena perpecahan di kalangan umat Islam kini di anggap biasa. Padahal menurut ayat di atas menegakkan persatuan yang solid adalah ciri utama keimanan. Dengan kata lain bahwa tidak ada artinya iman yang dimiliki seseorang jika kemudian saling bemusuhan sesama mu’min. Bahkan dalam surah Al Hujurat:10 Allah berfirman: innamal mu’minuuna ikhawatun, kata innama dalam pandangan ulama tafsir lilhashr maksudnya identifikasi. Artinya bahwa seorang yang beriman identik dengan persaudaraan. Maksudnya tidak pantas seseorang mengaku beriman jika kemudian tidak bersaudara antara satu dengan lainnya. Sama dengan ayat di atas, bahwa tidak pantas seseorang mengatakan bahwa dirinya beriman jika dalam prakteknya tidak bersatu dalam barisan yang kokoh.
Ketiga, bahwa tidak solid dalam barisan dakwah adalah perbuatan dosa.
Perhatikan Allah berfirman pada ayat sebelumnya: “Amat dibenci oleh Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”. Lalu Allah menegaskan bahwa sangat suka kepada orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dengan barisan yang solid. Artinya bahwa syarat untuk mendapatkan cinta Allah, bukan hanya semata berjuang di jalan-Nya, tetapi juga harus bersatu dalam satu barisan yang solid. Ini pemahaman yang banyak orang Islam salah pahami, sehingga mereka tidak mau bersatu dengan umat Islam lainnya. Padahal shalatnya masih sama, kiblatnya juga masih sama, Allah yang disembah pun juga masih sama. Akibatnya mereka mudah di adu domba. Tidak sedikit dari nyawa orang Islam yang melayang hanya karena perang saudara.
Bagai Satu Bangunan Yang Kokoh
Pada ayat berikutnya Allah berfirman: ka’annahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kokoh). Apa artinya:
Pertama, bahwa masing-masing bahan bangunan itu berkualitas baik.
Tidak mungkin bangunan itu tegak kokoh jika batu batanya rapuh atau kualitas pasir dan semennya tidak baik. Bagitu juga dalam dakwah, bahwa masing-masing individu harus mempunyai iman dan keikhlasan yang benar-benar berkualitas. Di sini peran tarbiyah dan pembinaan harus dioptimalkan.
Kedua, bahwa bahan-bahan bangunan itu bukan hanya baik secara individual melainkan harus bisa disinergikan dengan bahan-bahan lainnya.
Artinya bahwa kualitas masing-masing aktifis dakwah hendaknya bukan hanya baik secara individu, melainkan ia mampu bersinergi dengan orang lain. Itulah rahasia mengapa Allah mengumpamakan dengan bangunan. Bahwa seorang muslim tidak cukup hanya menjadi sholeh sendirian, melainkan ia harus bersinergi untuk membuat orang lain beramal shaleh. Dalam rangka ini sangat dibutuhkan soliditas barisan dakwah.
Ketiga, bahwa bangunan dikatakan kokoh bila bertahan lama, dan tidak mengalami kerapuhan di tengah musim apapun panas atau hujan.
Begitu juga barisan dakwah dikatakan solid bila ia tetap utuh, tidak terpengaruh dengan rayuan dan godaan apapun. Pun juga tetap istiqamah memegang prinsip sekalipun situasi dan kondisi memaksanya harus berubah. Ia tidak pernah bubar barisan sebelum ada komando bubar barisan. Itulah rahasia mengapa Allah swt. mengumpamakan dengan bangunan yang kokoh. Karena bangunan akan melindungi dan bisa memberikan rasa aman kepada penghuninya bila ia kokoh dan solid. Wallahu a’lam bishshawab.
Dari Abdurrahman bin A’id ra, dia berkata, “Adalah Rasulullah saw apabila hendak mengirimkan pasukan, maka Beliau memberi nasehat, ‘Bersikap lembut dan sayanglah kepada orang-orang! Jangan menyerang mereka sebelum kalian BERDAKWAH kepada mereka, dan janganlah menghancurkan rumah-rumah mereka! Jangan biarkan satu orang penghuni rumah pun yang ada di kota-kota maupun di desa-desa, kecuali kalian membawa mereka ke hadapanku dalam keadaan muslim (telah memeluk Islam), karena yang demikian itu lebih aku sukai daripada kalian datang padaku dengan membawa istri-istri dan anak-anak mereka setelah kalian membunuh suami-suami mereka!’ “. (HR. Ibnu Mandah dan Ibnu Asakir dalam kitab Al Kanz jilid II halaman 294. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Syahin dan Al Baghawi seperti terdapat dalam kitab Al Ishaabah jilid III halaman 153, juga Tirmidzi dalam kitabnya jilid I halaman 195).
Dari Buraidah ra, dia menceritakan, “Adalah Rasulullah saw apabila mengirim rombongan jihad atau pasukan tentara, maka Beliau saw memberikan nasihat kepada pemimpin mereka supaya menjaga ketakwaan dirinya kepada Allah SWT dan berlaku baik terhadap orang-orang Islam yang di bawah pimpinannya. Beliau juga berpesan kepada pemimpin rombongan, “Apabila engkau bertemu dengan musuhmu orang-orang musyrik, maka ajaklah mereka kepada salah satu dari tiga perkara, jika mereka menerima salah satu dari tiga pilihan yang engkau ajukan, maka terimalah pilihan mereka dan tahanlah serangan kepada mereka!
Pertama, ajaklah mereka untuk memeluk Islam! Jika mereka menerima, maka terimalah keIslaman mereka dan janganlah menyerang mereka.
Kedua, ajaklah mereka untuk meninggalkan kampung halaman mereka dan tinggal di perkampungan kaum muhajiriin, lalu beritahukan kepada mereka bahwa apabila mereka melakukan yang demikian, maka mereka memperoleh perlakuan dan hak yang sama dengan kewajiban kaum muhajirin; tetapi apabila mereka menolak dan lebih suka memilih untuk tinggal di tempat mereka sendiri, maka katakan pada mereka bahwa mereka akan diperlakukan seperti orang-orang Islam Badwi, dan berlakulah ke atas mereka hukum Allah seperti yang berlaku atas orang-orang mukmin umumnya, yakni mereka tidak akan mendapat bagian dari harta rampasan perang, kecuali jika mereka ikut berjihad bersama kaum muslimin.
Ketiga, jika mereka tidak mau menerima tawaran yang kedua, maka perintahkan kepada mereka supaya membayar jizyah! Jika mereka bersedia membayar jizyah, maka terimalah dan janganlah engkau menyerang mereka ! Tetapi jika mereka menolak membayar jizyah, maka mintalah bantuan kepada Allah dan perangilah mereka! Apabila engkau telah mengepung mereka dalam sebuah benteng, lalu mereka memintamu untuk memberlakukan hukum Allah atas mereka, maka jangan engkau penuhi permintaan tersebut, karena sesungguhnya kalian tidak mengetahui hukum apa yang akan ditetapkan Allah atas mereka. Akan tetapi berlakukanlah pada mereka hukum kebijaksanaan kalian, kemudian putuskanlah perkara mereka setelah itu menurut kebijaksanaan yang kalian kehendaki.” (HR. Abu Daud)
Kewajiban dakwah adalah kewajiban setiap orang yang sudah mengaku Islam.
Ikutlah jama’ah dakwah yang murni hanya mengajak taat kepada Allah bukan kepada partai bukan kepada firqah, bukan kepada pendirian negara Islam bukan pada aliran tertentu bukan untuk negara tertentu bukan dakwah untuk mengadu domba umat, bukan dakwah untuk mengkafirkan umat atau menbid’ah kan umat.
Ajaklah agar orang mau taat kepada perintah Allah dan mau menjalankan sunnah RasulNya.
Ajaklah umat untuk memakmurkan mesjid. Karena markaz kekuatan umat adalah masjid dari jaman Rasulullah sampai sekarang. Ajaklah umat untuk selalu sholat berjamaah di Masjid.
Mari menghidupkan amalan-amalan mesjid yaitu dakwah,ibadah sholat dan zikir,saling belajar dan mengajar (taklim wa taklum) dan saling membantu sesama umat (hikmat).
Bukalah mesjid-mesjid selama 24 jam seperti bukanya rumah sakit 24 jam, spbu 24 jam, restorant,stasiun dan terminal yang juga buka 24 jam untuk melayani orang. Demikian juga mesjid sehingga bisa melayani kebutuhan umat akan santapan rohani seimbang dengan santapan jasmani yang butuh setiap saat selama 24 jam.
Kekuatan dakwah dan umat hanya dalam jamaah. Ikutlah jamaah dakwah yang murni semata-mata hanya untuk mengajak taat kepada Allah dan RasulNya.
Jamaah dakwah seperti ini tidak memiliki nama khusus. Nama jamaah ini hanya sebagai sebutan orang-orang untuk mudah mengenalinya.
Ada yang menyebut jamaah tabligh karena tugasnya hanya bertabligh atau menyampaikan. Ada yang menyebutnya jamaah taklim karena selalu melaksanakan belajar dan mengajar di masjid (taklim wa taklum). Ada yang menyebutnya jamaah silaturahmi karena selalu bersilaturahmi (jaulah) mengajak orang untuk sholat berjamaah. Ada yang menyebutnya jamaah kompor karena selalu bermusyafir membawa kompor. Ada yang menyebutny jamaah kebun jeruk karena markaz dakwahnya di Indonesia adalah Mesjid daerah Kebun Jeruk. Ada yang menyebutnya jamaah Nizamuddin karena markaz dakwanya di dunia adalah di daerah Nizamuddin di ibukota India New Delhi.
Siapa donatur mereka…?
Dakwah murni tidak mengenal donatur. Semuanya datang dari khazanah Allah yang mereka infaqkan ke jalan Allah. Dakwah yang mempunyai donatur akan lemah dan akan padam jika donaturnya lemah.
Siapa pemimipin mereka….?
Pemimpin mereka adalah para amir tiap jamaah yang dipilih secara musyawarah sesuai sunnah baginda SAW.
Untuk siapa mereka berdakwah…?
Hanya untuk Allah SWT.
Untuk apa mereka berdakwah..?
Agar umat taat kepada Allah dan Rasulullah.